ASMAUL HUSNA

1. Pengertian Al-Bashir 

     Al-Bashir artinya Allah Maha Melihat Allah melihat dan menyaksikan segala sesuatu, baik yang nampak maupun yang tersembunyi dari pandangan manusia.
Firman Allah: "Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang
keluar darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Hadid [57]: 4)

      Dalam hidupnya, setiap orang melakukan berbagai kegiatan: bangun tidur, bergerak dan diam, baik yang dilakukan dalam kesendirian atau bersama-sama dengan orang lain. Semua itu di bawah penglihatan Allah. Allah berfirman, "Dia Maha Melihat atas segala sesuatu." (Al-Mulk [67]: 19)

2. Pengaruh Al-Bashir Bagi Seorang Muslim

     Jika mengerti dan merenungkan makna Al-Bashir dengan baik, pasti kamu tidak akan berani melakukan perbuatan dosa. Bagaimana mungkin mendurhakai
Allah padahal Dia melihatnya?

      Ibrahim bin Adham adalah seorang ahli ibadah Pada suatu hari ada seseorang yang bertanya kepadanya tentang tempat yang nyaman untuk maksiat.

Ibrahim: "Jika engkau ingin maksiat kepada Allah, carilah tempat yang tidak terlihat oleh Allah swt."

Seseorang: "Mengapa engkau menyuruhku untuk mencari tempat yang tersembunyi, padahal engkau tahu Allah Maha Melihat?"

Ibrahim: "Jika sudah tahu, mengapa tidak malu untuk durhaka kepada Allah padahal Dia melihat kemaksiatanmu? Dia telah memberi rezeki, kecukupan, dan kesehatan kepadamu." (Ibn Qudamah At- Tawwabin, 285).

       Benar, jika Allah selalu melihat kita dalam keadaan apa pun, tidak sepatutnya
Allah melihat kita dalam keadaan melakukan perbuatan durhaka kepada-Nya. Jika seseorang merasa ada dalam pengawasan Allah, dia akan:

a. Menjalankan ajaran agama dengan sebaik baiknya

b. Ikhlas dalam beramal saleh sehingga tetap beramal meskipun sedang sendirian

C. Malu kepada Allah sehingga tidak berani melakukan perbuatan dosa

3. Mencontoh Sifat Al-Bashir

      Allah swt. memberikan nikmat besar kepada kita berupa mata yang sehat untuk melihat. Syukur kepada Allah harus dilakukan dengan mempergunakan
mata untuk melihat perkara yang baik-baik dan tidak melihat perkara yang dimurkai Allah.

      Lihatlah pemandangan alam yang indah, samudera luas dengan ombak yang menepi silih berganti, gunung yang menjulang tinggi, serta langit biru yang tinggi dan luas. Mengamati kebesaran ciptaan Allah itu, akan terlihat kebesaran dan keagungan-Nya dan bahwa Allah itu ada. Ketika itu keimanannya
akan bertambah kuat.

       Firman Allah, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal" (Ali Imran (3): 190).

B. AL-'ADLU (ALLAH MAHA ADIL)

Bacalah kisah di bawah ini!
      Nu'man bin Basyir adalah seorang sahabat yang mulia, anak pertama dari kalangan Anshor (penduduk asli Madinah) yang dilahirkan setelah Nabi Muhammad saw. tinggal di Madinah. Beliau pernah menjadi gubernur Kufah pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan.

      Suatu waktu Nu'man menceritakan bahwa bapaknya ingin memberikan hadiah
yang besar kepadanya. Akan tetapi ibunya tidak menyukai pemberian itu sampai Basyir meminta izin kepada Nabi Muhammad saw. atas hadiah yang akan diberikannya.

       Basyir pun menemui Nabi Muhammad saw. dan menceritakan maksudnya. Nabi
bertanya, apakah engkau memberikan hadiah yang sama kepada anak-anak mu yang lain? Basyir menjawab, tidak

       Nabi Muhammad saw. bersabda, "Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap semua anak-anakmu." (Bukhari, 2/2447)
1. Pengertian Al-'Adlu

      Al-'Aldu artinya Allah swt. Maha Adil. Allah memperlakukan hamba-hamba-Nya dengan adil. Orang yang beramal saleh dibalas dengan kenikmatan surga sesuai dengan amal yang dilakukannya. Orang yang melakukan keburukan dibalas dengan siksa neraka sesuai dengan keburukan yang dilakukannya.

      Adil berarti juga menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya, dan memberikan segala sesuatu sesuai dengan haknya. Sebaliknya, menempatkan
sesuatu tidak pada tempatnya, dan tidak memberikan hak yang sepatutnya
diterima oleh seseorang, disebut sebagai kezaliman. Allah swt. telah meng- haramkan kezaliman kepada dirinya.

      Dalam hadis qudsi (yakni wahyu Allah selain Alquran yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw. dengan bahasanya sendiri), Allah berfirman: "Wahai hamba-hamba-Ku, Aku telah mengharamkan kezaliman kepada diri-Ku. Aku telah
menjadikan kedaliman itu sesuatu yang haram untuk terjadi di antara kalian
Karena itu, janganlah kalian saling menzalimi." (Muslim, 4/2577)

      Keadilan merupakan sifat Allah swt. sehingga hukum perbuatan dan firman
Allah semuanya merupakan kebenaran.

2. Pengaruh Al-'Adlu Pada Hidup Seorang Muslim

      Kayakinan bahwa Allah Maha Adil akan melahirkan semangat beramal saleh
meskipun terasa berat.

      Misalnya, di siang hari di bulan Ramadan sepulang dari sekolah. Daffa melihat orang yang sedang minum es campur. Berpuasa di siang hari yang panas baginya terasa amat berat. Terlintas di pikirannya, enak juga orang yang tidak puasa. Sementara dirinya harus menahan diri dari makan dan minum di siang hari selama sebulan penuh.

       Akan tetapi, Daffa langsung beristigfar, astagfirullahal adzim. Dia sadar bahwa kenikmatan duniawi orang yang tidak berpuasa itu bersifat semu. Tidak seberapa hanya menghilangkan haus sementara, tetapi akan mengantarkannya ke dalam siksa neraka di akhirat.

      Orang yang berpuasa, meskipun dunia merasa haus pada siang hari Ramadan, tetapi puasa akan mengantarkannya ke surga dari pintu Ar-Royyan.
Yaitu, pintu surga khusus bagi orang-orang yang berpuasa. Orang yang memasukinya tidak akan haus untuk selama-lamanya.

      Daffa yakin, Allah Yang Maha Adil akan memberikan surga kepada orang yang berhak, karena rahmat Allah serta amal salehnya. Sedangkan neraka akan diberikan kepada orang yang berhak pula, karena dosa yang dilakukannya.

      Firman Allah: "Siapa yang mengerjakan amal-amal saleh dalam keadaan beriman, dia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil terhadapnya dan tidak pula akan pengurangan haknya." (Thoha [20]: 112)

      Keyakinan bahwa Allah Maha Adil juga akan melahirkan ketenangan dalam
menghadapi kezaliman di dunia. Baginya, meskipun kezaliman menimpanya
di dunia, kelak Allah akan memutuskan perkara dengan seadil-adilnya. Dia rida
menjalani cobaan, sambil berharap semoga penderitaannya menjadi tabungan
amal untuk bekal hidup di akhirat.

3. Mencontoh Sifat Al-'Adlu.

       Orang yang merenungkan sifat Al-'Adlu, akan menyadari pentingnya berbuat adil dalam menunaikan kewajibannya kepada setiap orang. Sebab manusia memiliki kewajiban kepada Allah, dirinya, orang-orang dekatnya, dan kepada manusia secara umum.

     Allah telah mengatur semua hak dan kewajiban itu di dalam ajaran Islam.
Orang yang mengamalkan ajaran Islam berarti menjalankan keadilan. Sebaliknya,
orang yang melanggar ajaran Islam ini berarti telah melakukan kezaliman.

      Selain merupakan keadilan, ajaran Islam juga merupakan kebaikan dan keindahan. Beribadah kepada Allah, berbuat baik kepada orang tua menghormati orang yang lebih tua, dan menyayangi orang yang lebih
muda, merupakan kebaikan dan keindahan. Sebaliknya, perbuatan dosa dan permusuhan merupakan keburukan. Sehingga Allah melarangnya. Oleh sebab
itu, kita wajib berlaku adil dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi
semua laranngan-Nya.

1. Pengertian Al-"Adzim.

        Al-Adzim artinya Allah swt. Maha Agung Jika kita membuka mata dan merenungkan alam semesta dengan segala yang ada di dalamnya seperti: langit dan bumi, bitang-bintang, planet-planet, gunung-gunung, lautan dengan ombak-ombaknya, pasti semua kita akan mengakui keagungan dan kekuasaan Allah swt..

       Maha Suci Allah Yang Maha Agung. Tidak ada perkara yang besar atau kecil
yang terjadi di alam semesta ini, kecuali terjadi atas izin Allah swt.
2. Pengaruh Al-'Adzim Dalam Kehidupan Seorang Muslim.

      Seorang muslim yang menghayati keagungan Allah swt. akan merasa aman,
tenang dan tentram dalam hidupnya. Hal itu karena Allah Yang Maha Agung
yang mengatur segala sesuatu.

     Tidak ada sumber kejahatan yang memiliki keagungan, semuanya kecil. Allah
yang memelihara manusia dari segala bentuk kejahatan, mampu memberikan
hal-hal yang besar sebanding dengan keagungan-Nya. Sedangkan, sumber
kejahatan pasti tidak ada apa-apanya dibandingkan keagungan Allah swt.

      Allah Yang Maha Agung memberi sesuai dengan keagungannya dan mengampuni segala bentuk dosa sebanding dengan keagungan-Nya. Sebesar apa pun dosa yang dilakukan manusia, jika bertaubat kepada Allah, ampunan-Nya jauh lebih besar dibanding dengan dosa-dosa yang pernah diperbuatnya.

Menanamkan Penghayatan Tentang Keagungan Allah 

        Penghayatan tentang keagungan Allah sangat penting. Penghayatan itu akan membuat seorang muslim taat pada hukum-hukum Allah, beribadah, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itu, Islam mengajarkan agar manusia selalu menanamkan penghayatan tentang keagungan Allah.

      Ketika rukuk di dalam salat, Rasulullah saw. mengajarkan doa: "Subhana robbiyal adzim" (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung) tiga kali. Hikmahnya agar selalu menyadari bahwa kita rukuk dan sujud kepada Allah Yang Maha Agung. Tidak ada yang berhak diagungkan dengan rukuk dan sujud kecuali Dia Yang Maha Agung

3. Mencontoh Sifat Al-'Adzim

       Tentu, yang berhak disifati dengan sifat Al Adzim hanya Allah swt., sedangkan manusia tidak memiliki keagungan seperti keagungan Allah. Meskipun begitu, manusia bisa menjadi orang yang mulia di sisi Allah swt. jika melakukan tiga hal:

a. Beriman kepada Allah. Hanya dengan iman seorang manusia akan mendapatkan pengakuan di sisi Allah swt. Sebaliknya, orang-orang yang kufur meskipun di dunia dianggap mulia, di sisi Allah adalah orang yang hina.

b. Terus belajar sehingga punya pengetahuan yang luas, kemudian mengajarkan ilmunya kepada orang lain, serta mengamalkan ilmunya.
Firman Allah: "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"
(Al-Mujadilah [58]: 11)

C. Rendah hati (tawaduk). Karena, keagungan serta kebesaran hanya milik Allah swt. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Tidaklah seseorang tawaduk karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya." (Muslim, 4/2588)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »